15 Klenteng di Jatim

Idul Fitri 2017 ini aku sekeluarga (Fei-Fei, Papa, Mama, Emak, Akoh, Kotiu, Piao ko, Piao Ti, Piao Me) berwisata ke Tulung agung again dengan tema wisata religi. Jadi selama perjalanan Surabaya-Tulungagung kami sekeluarga mampir ke beberapa Klenteng yang dilewati di beberapa kota kebetulan hari ini (24 Juni 17) sedang tanggal (yang dimaksud tanggal adalah tanggal 1 dan 15 lunar kalender, biasanya umat Tri Dharma akan sembahyang ke Klenteng). Untuk sumbangan ke klenteng-klenteng saya membungkus sejumlah uang dari Rp. 20.000- Rp. 100.000 dalam angpao. Kami sekeluarga berangkat dari rumah pk. 6.00 pagi.

Sebelum memulai perjalanan H-1 kami mengunjungi Klenteng di Jalan Dukuh Surabaya dulu Hong Tek Hian. Klenteng ini termasuk Klenteng terbesar di Surabaya, dengan dewa utama Kongco Kong Tek Cun Ong.

Klenteng pertama yang kami kunjungi adalah Klenteng di Krian. Klenteng ini bernama Klenteng Teng Swie Bio. Saat kami datang Klenteng ini baru buka (mungkin karena kami datangnya kepagian kali ya). Klenteng ini terletak di Jalan Imam Bonjol no. 124 Krian di perempatan jalan. Dengan Dewa utama Kong Co Kong Tek Cun Ong, Di bagian atas ada sembahyangan Kwan Im dan Tri Nabi (Buddha Gautama, Nabi Kong Fu Zi dan Thay Sang Lao Cin), saat kita menaiki tangga di tembok terdapat lukisan Kwan Kong yang naik Kuda, di bagian lainnya terdapat lukisan Fu Luk So (Dewa rejeki, Dewa Panjang umur, dan Dewa Kebahagian), di sisi lainnya ada lukisan 8 Dewa, di kaca terdapat lukisan Dewi Kwan Im Di Klenteng ini terdapat altar Dewa Musik di lantai 1,5 yang kemungkinan hanya sedikit Klenteng yang menyembah Dewa Musik lho.

8 Dewa


Kwan Im


Fu Luk So



Klenteng kedua yang kukunjungi adalah Klenteng Mojokerto Hok Sian Kiong. Saya lupa Dewa utamanya apa kalau tidak salah Makco Thian Shang Shen Mu. Klenteng ini cukup besar di bagian belakangnya terdapat sembahyangan Dewi Kwan Im dan terdapat kolam ikan. Halaman parkirnya juga cukup luas




Klenteng ketiga yang kami kunjungi hari ini adalah Klenteng Ka Kian di Mojosari dengan Dewa utama Kongco Kwan Kong. Di bagian samping Klenteng ini terdapat lukisan danau seperti di Klenteng Hong Tek Hian lantai 2. Keunikan Klenteng ini terdapat banyak sarang burung walet



Tempat keempat yang kami kunjungi adalah Buddha Tidur Mojokerto. Tempatnya cukup luas di bagian depan terdapat sembahyangan Buddha, dan di bagian belakang terdapat patung Buddha tidur yang terletak di tengah kolam ikan (makanan ikan Rp. 2.000) terdapat juga Shi Mian Fo (Buddha 4 wajah / Four Face Buddha), Selain itu juga ada tempat penitipan abu yang di depannya terdapat sembahyangan Ti Jang Wang Bu Sa, dan patung-patung Buddha lain


Tempat kelima yang kami kunjungi adalah Klenteng Hong San Kiong Jombang dengan Dewa utama Makco Thian Shang Shen Mu. Di bagian depan terdapat patung Thay Shang Lao Cin bersama Jiu Tian Xuan Nu dan Erlangsen, di bagian belakang terdapat kolam yang di huni banyak ikan koi dan sepasang kura-kura, juga terdapat patung kura-kura dan sepasang patung katak. Di Klenteng ini juga terdapat sembahyangan Qing Long (kiri) lambang kemakmuran dan Bai Hu (kanan) lambang kewibawaan.




Tempat keenam yang kita kunjungi adalah Klenteng Kertosono dengan Dewa utama. Sebelum sampai di Klenteng Kertosono saya mampir dulu ke Warung Lumayan, untuk isi perut dulu mengingat waktu sudah pk. 14.00. Saya memesan Soto babat. Jujur nggak enak karena banyak gajih nya. Oke perjalanan kami lanjutkan ke Klenteng Kertosono Poo San Sie dengan Dewa utama Kongco Kong Tek Cun Ong. Di bagian depan Klenteng ini juga terdapat lukisan Qing Long (naga hijau di kiri) dan Bai Hu (macan putih di kanan)



Tempat ketujuh yang kita kunjungi adalah Klenteng Kediri dengan Dewa utama Makco Thian Shang Shen Mu. Di Klenteng ini terdapat Patung Makco Thian Shang Shen Mu besar menghadap ke sungai, konon katanya berasal asli dari China dan bila ada permintaan sembahyang di sini dengan melepas alas kaki memutarinya di 4 sisi permintaanmu itu akan terkabul.




Setelah sembahyang di Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri makan lanjutkan belanja tahu dulu di sekitar Klenteng. Dan setelah sampai di Tulungagung kami makan dulu di Lontong tahu mbah Ganong karena sudah malam dan perut sudah kroncongan yang terlewati dulu adalah mbah ganong bukan klentengnya.


Klenteng kedelapan yang kami kunjungi adalah Klenteng Tulungagung dengan Dewa utama Fu De Cen Shen. Beruntung hari ini wayang potehinya lagi main jadi saya bisa nonton juga dan lagi tempat sembahyang Buddha Sakyamuni juga sedang di buka di bagian belakang. Di ruang Dewi Kwan Im terdapat kolam ikan yang terdapat patung Journey to the west (a.k.a 4 sekawan Kera Sakti)





Lanjut ke Hotel Palapa (Rp. 250.000 permalam perkamar, 1 kamar bisa untuk 3 orang, 1 queen bed and 1 single bed). Setelah itu kami jalan-jalan malam ke Aloon-aloon dan stasiun Tulungagung beli rambak kebo (Rp. 38.000/ons).


Hari ke-2 ini kami manfaatkan untuk liburan menikmati alam ciptaan Yang Maha Kuasa. Perjalananku pagi ini mampir ke Toko Andaria Ngunut, sebelumnya makan Nasi ayam Lodho Bu Manik, murmer. Kita mengunjungi Air terjun Alam Kandung dan Pantai Sidem. Untuk kedua tempat itu aku cerita di blogku yang lain ya.


Malamnya kita makan di depot Mak'e Mantab di dekat Klenteng Tulungagung sebelahnya Belga (Belga ini seperti Bilka-nya Tulungagung). Saya makan nasi Keemoy (bakmoy ayam) mama makan nasi uduk ayam kremes, trus kita share.


Hari ketiga kita menuju Gunung Kawi mampir Kampung coklat dulu, beli coklat bubuk. coklat bubuknya enak. Saya makan prasmanan ambil sebanyak apapun boleh langsung di hitung di kasir. Tips kalau makan prasmanan. Ambil 1 macam (tidak termasuk ayam, ikan, empal karena perhitungannya per potong) sayur, mie sebanyak-banyaknya. Setelah sampai di meja di share jadi dapat harga lebih murah. Saya juga beli susu coklat Rp. 10.000, bakso Rp. 12.000, maunya juga beli es krim tapi masih leleh.


Setelah dari kampung coklat kami menuju Kesamben, tempat Eyang Djugo (Kiai Zakaria II). Disini terdapat budidaya Love Bird, ternyata untuk menjodohkan love bird itu sulit lho. Love Bird betina lumayan galak, bahkan kalau terlalu cepat menjadikan 1 kandang, kaki pejantan bisa di patahkan betinanya. Jadi saat menjodohkannya di kandang terpisah tapi di dekatkan. Dibiarkan terus sampai keduanya mendekat, dan betinanya sudah tidak nyerang pejantan. Baru setelahnya dijadikan 1 kandang dan mereka bakal bersama terus, yang 1 di bawah kandang 1nya ikut. Selain berdua terus mereka juga mengerami telur mereka secara bergantian lho. So Sweet ya Love Bird itu. Selain peternakan Love Bird juga kita disuguhi pemandangan sawah yang hijau, serta perbukitan.


Di kesamben ini selain menyembah Kiai Zakaria II juga menyembah Sam Poo Kong dan ada Kwan Im. Saat berjalan menuju tempat Dewi Kwan Im kami disuguhi hamparan padi yang sedang hijau.



Add caption

Setelah dari Kesamben kita langsung Joss Gunung Kawi. Di Gunung Kawi ini ada Klenteng dengan Dewa utama dan satu-satunya Dewa yang disembah di sini adalah Dewi Kwan Im.Untuk mencapai Klenteng Gunung Kawi kita harus berjalan di jalan setapak yang menanjak di kanan kiri terdapat pedagang mulai dari pedagang makanan sampai pedagang pernak-pernik, ada juga pedagang bunga. Bunga ini digunakan untuk nyekar di Pesarean (makam) Eyang Djugo dan Eyang Imam Sujono di puncak Gunung Kawi. Konon katanya barang siapa punya permintaan dan sembahyang memutari pesarean di 4 sisi permintaannya akan terkabul, apalagi kalau bisa sampai kejatuhan buah dari pohon Sien do (manisan dewa / Alum dalu). Kalau bisa menemukan bunga Cempaka yang gugur dan bunga tersebut diletakkan di bedak, bakal cepat bertemu jodoh, bila Cempaka itu diletakkan di dompet, uangnya akan semakin banyak. Ya itu kata orang sekitar sana boleh percaya boleh tidak.


Hari keempat kita mengunjungi Klenteng Eng An Kiong Malang, Klenteng Malang ini Dewa utamanya adalah Makco Thian Shang Sien Mu. Klenteng ini terdapat patung Qing Long n burung Hong serta Bai Hu juga disekitarnya ada kolam berisi koi. Di sisi lainnya ada patung 2 orang seorang lelaki menunggang kerbau dan seorang wanita ditengahnya terdapat parit kecil dan ada jembatan langit ada bambunya juga. Kemungkinan patung ini adalah Legenda Orihime. Di Jepang Legenda Orihime itu terkenal, tiap tanggal 6 bulan 7 lunar kalender orang akan menuliskan harapan mereka di kertas warna-warni lalu digantungkan di bambu. Makanya ada pohon bambu di antara 2 patung itu.


Legenda Tanabata itu begini ceritanya. Orihime adalah putri Dewa Bintang ia terus menenun baju untuk Dewa Bintang, Dewa Bintang sedih melihat putrinya yang terus bekerja, lalu mengenalkan Orihime dengan Hikoboshi yang adalah pemuda penggembala kerbau dan sapi. Setelah berkenalan Orihime sangat gembira dan ingin terus bersama Hikoboshi. Akhirnya Orihime tidak menenun lagi dan Dewa Bintang kehabisan baju, begitu juga Hikoboshi menelantarkan hewannya. Akhirnya Dewa Bintang memisahkan mereka dengan Sungai Langit (Milkyway). Orihime sangat sedih, melihat putrinya sangat sedih Dewa Bintang mengizinkan Orihime bertemu si Hikoboshi pada tanggal 7 bulan 7 Lunar Kalender. Namun bila saat itu hujan air sungai menguap dan mereka tidak dapat bertemu. Orang di Bumi membantu Orihime untuk bertemu Hikoboshi dengan menggantungkan permintaan untuk tidak hujan pada tanggal 7 bulan 7 dan permintaan itu di tulis di kertas warna-warni yang digantung di pohon Bambu. Seiring berjalannya waktu orang tidak hanya meminta tidak hujan, mereka juga menyisipi permintaan-perminataan pribadi mereka yang lain. Orihime ini lambang dari bintang Vega bintang paling terang di rasi bintang Lyra, dan Hikoboshi itu lambang dari bintang Altair bintang paling terang di rasi bintang Aquila.


Klenteng Malang ini juga ada pusat kuliner yang menjual Heci (ote-ote) enak, bubur babi, cwie mie ayam, baikut. enak-enak



https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=125990337986441760#editor/target=post;postID=4723464117214483034;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link

Patung Orihime dan Hikoboshi







Kelenteng Eng An Kiong mempunyai sejarah yang luar biasa yang bagus, merupakan peninggalan sejarah turunan ketujuh jendral Dinasti Ming. Berjarak sekitar 400 ratus tahun setelah Laksamana Cheng Ho menapak di tanah Jawa, pada tahun 1825 dibangunlah Klenteng Eng An Kiong atas inisiatif Lt. Kwee Sam Hway. Letnan ini adalah keturunan ketujuh dari seorang Jendral zaman Dinasti Ming berkuasa di Tiongkok. Ketika itu keturunan sang Jendral ditekan oleh Dinasti Jing sehingga terpaksa melarikan diri ke Indonesia.



Sang Kapiten (keturunan kelima Jendral masa Dinasti Ming) mendarat di Jepara kemudian menikah dengan putri yang leluhurnya mendarat di Sumenep Madura. Nah, Lt. Kwee Sam Hway adalah turunan ketujuh alias cucu dari sang Kapiten yang kemudian membangun Klenteng Eng An Kiong. Dia berangkat dari Sumenep dan akhirnya menemukan sebuah daerah di Kota Malang.


Lantaran saat itu penduduknya berbasis agraris, akhirnya Dewa Bumi (Hok Ting Cing Sien) menempati altar induk Eng An Kiong. Patung itu dibawa dari Tiongkok dengan tandu kayu jati berlapis kertas emas yang masih ada hingga kini.


Dijelaskan oleh Bonsu Hanom Pramana bahwa Eng An Kiong berarti istana keselamatan dalam keabadian Tuhan. ”Dulu pada zaman penjajahan Belanda, Lt. Kwee Sam Hway menjabat tahun 1842-1863,” katanya.


Sepeninggal Lt. Kwee Sam Hway, klenteng kemudian dipegang oleh kedua putranya secara berturut-turut, yaitu Lt. Kwee Sioe Ing (1864-1880) kemudian Lt. Kwee Sioe Go (1880-1889). Pada tahun 1895-1905, dilakukan penambahan ruang pada masa Lt. Han Shi Tai atau Han Sioe An (Ketua pada 1897-1903), Lt. The Boen Kik tahun 1904-1914 dan Lt. Tan Kik Djoen (1914-1920).

Kabarnya, Kelenteng Eng An Kiong ini dibangun pada tahun 1825. Rumah peribadatan untuk umat Tri Darma (Konghucu, Tao dan Budha Mahayana) ini merupakan peninggalan dari turunan ketujuh Jendral Dinasti Ming.

Menurut sejarah, kurang lebih sekitar 400 tahun lamanya setelah Laksamana Cheng Ho menapakkan kaki di tanah Jawa, Kelenteng Eng Ang Kiong pun didirikan. Hal itu berdasarkan inisiatif dari Lt. Kwee Sam Hway, Ngalamers. Ia adalah keturunan ketujuh dari seorang Jendral di jaman Dinasti Ming yang berkuasa di Tiongkok. Saat itu, keturunan sang Jendral ditekan oleh Dinasti Jing sehingga terpaksa melarikan diri ke Indonesia.

Sang Kapiten (keturunan kelima Jendral masa Dinasti Ming) mendarat di Jepara kemudian menikah dengan putri yang leluhurnya mendarat di Sumenep Madura. Nah, Lt. Kwee Sam Hway adalah cucu dari sang Kapiten yang kemudian membangun Klenteng Eng An Kiong. Dia berangkat dari Sumenep dan akhirnya menemukan sebuah daerah di Kota Malang.


Setelah dari Klenteng Malang kami melanjutkan perjalanan ke Klenteng Lawang. Klenteng Lawang ini mempunyai Dewa utama Kongco Kong Tek Cun Ong. Saat hari minggu setelah tanggal 15 bulan 7 sebelum tanggal 1 bulan 8 lunar kalender selalu ramai untuk umat yang ingin mengirimkan barang-barang (uang, perhiasan bahkan ada yang pesawat terbang dari kertas) pada arwah leluhur mereka yang telah meninggal.


Setelah itu kami mampir beli madu ke Wisata Petik Madu Lawang. Setelah itu langsung Surabaya. Setelah Surabaya apakah liburanku udah berakhir? Belum Besok tanggal 29 Juni 2017 saya akan mengunjungi Klenteng Madura


Hari ini tanggal 29 Juni 2017 kami sekeluarga berangkat dari rumah pk. 6.15 pagi menuju Madura (Pamekasan), Keunikan Klenteng Candi Avalokitesvara ini dalam 1 lokasi nggak cuma ada Klenteng aja, tapi juga ada masjid dan pura. Dari namanya yang Candi Avalokitesvara Dewa utama dari Klenteng ini adalah Dewi Kwan Im. Patung Dewi Kwan Im di Klenteng ini berwarna emas dan ukirannya terkesan tradisional seperti jaman Majapahit, konon patung-patung itu memang berasal dari Kerajaan Majapahit yang akan dikirim ke salah satu Kerajaan di Pamekasan Jamburingin (Proppo-Pamekasan). Di Klenteng ini terdapat juga patung Buddha Gautama yang dibangun di ruangan tersendiri, bagian atap ruangan tersebut ada mini borobudur, di depan ruangan terdapat kisah hidup Sakyamuni (Buddha Gautama) Di ruangan lain ada sembahyangan Nabi Kong Zi dan Lao Zi di dinding depan ruangan terdapat kisah tentang Nabi Lao Zi (Thay Shang Lao Cin). Di tepi kolam ada Dewa pemancing konon katanya bila kita menyalakan Hio Swa dengan api dari lilin, sembahyang kita akan tertuju pada Dewa ini.







Setelah dari Pamekasan perjalanan kita lanjutkan ke Sumenep di Klenteng Pao Sian Lin dengan Dewa utama Makco Thian Shang Shen Mu. Saya merasa beruntung ke tempat ini hari ini karena saya bertemu engkong-engkong yang menceritakan keunikan Klenteng ini. Di bagian belakang Klenteng ini ada patung Dewi Kwan Im, di belakang patung ada lukisan pegunungan. Kata ini engkong kalau sembahyang pada Kwan Im tidak usah terlalu banyak karena Kwan Im disini amat mengerti umatnya. Saat melihat patung Kwan Im di dekat Hio Lo (Tempat Hio) matanya tampak merem, saat melihat agak ke kiri pipinya merona, namun bila dilihat dari dekat matanya terbuka dan tersenyum inilah saat yang tepat untuk meminta.

Bila dilihat dari dekat matanya ke kiri kanan berarti keadaanmu saat ini bingung

Bila dilihat dari dekat wajahnya sedih saat ini kamu sedang bersedih

Kwan Im bisa tau keadaanmu saat ini. Kebetulan saat ini Kwan Im yang melihat saya sedang tersenyum dan matanya terbuka saatnya nih untuk meminta. Hehehe.....


Kita sempat mencicipi Kaldu Sumsum (makanan khas Madura) di rumah makan Al-Ghazali di Sampang Jalan Diponegoro 34A. kalau diperhatikan kan ada sedotan di piring. Sedotan itu untuk nyedot sumsum yang ada di dalam tulang. Nasi Kaldu Sumsum per porsi nya Rp. 70.000




Pulangnya mampir ke Klenteng di Bangkalan Eng An Bio di Jalan Panglima Sudirman Bangkalan, dengan Dewa utama Kongco Fu De Zhen Shen. Keistimewaan Klenteng ini ada sembahyangan tentang 12 Shio. Di bawah altar Kwan Im ada sembahyangan Ngo Liong (Dewa Naga). Di bagian belakang ada kolam kecil yang dihiasi patung 8 Dewa


Sembahyangan 12 Shio


Sembahyangan 12 Shio


8 Dewa di tepi kolam



Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Mohon Maaf Lahir dan Batin.


nggak berhenti di sini. Minggu tanggal 16 Juli 17 saya mengunjungi Klenteng Tuban (Kwan Sing Bio) dalam acara ultah Kwan Kong. Sekalian ingin melihat patung Kwan Kong yang katanya tertinggi se-Asia Tenggara tingginya mencapai 30m. Terletak di dekat tempat parkir. Klenteng ini Dewa utamanya Kwan Kong.

Patung Kwan Kong


Pulangnya kami mampir ke Klenteng yang Tjoe Ling Kiong dengan Dewa Utama Makco Thian Shang Shen Mu. Klenteng ini juga biasa disebut Klenteng Perempuan. Di dalamnya terdapat relief macan yang digambarkan mirip kucing. Di bagian belakang terdapat patung sepasang Naga


Setelah dari Tuban kita mampir ke Klenteng Gresik Kim Hin Kiong. Klenteng ini sudah lumayan tua diresmikan sejak tahun 1153 M. Dengan Dewa utama Makco Thian Shang Shen Mu. Terletak di ujung gang, di dekat alun-alun.


Back

Comments

Popular posts from this blog

Penipuan : bisnis follow instagram

Penipuan : Cari Jodoh

Labuan Bajo 2021