Bangkok - Huahin - Singapore

Wisataku kali ini ke Thailand, transit di Singapore bersama sebagian dari 8* Pharmacist (Aku, Ivan, Fredy, Yuliana, Cinthya, Yenny, Ai Yani n Ai Yanti ) by Tiger air. Perjalanan kita tanggal 24 - 29 Mei 2017 pk. 10.15.

Ittinerary awal yang kita susun sebelum berangkat adalah :

Day 1 (24 Mei 2017)

08.00 – 08.30 : Kumpul di Bandara Juanda T2

10.15 – 13.40 : Boarding ke Singapore

13.40 – 18.00 : Transit di Singapore

18.00 – 19.25 : Sampai di Bandara Suvarnabhumi

20.00 – 20.30 : Menuju Baiyoke Boutique (booking by agoda). Dari bandara, pergi ke stasiun Airport Rail Link

(ARL) yg berada di lantai basement bandara. Beli tiket City Link Train (tiket

THB45) lalu naik ARL menuju Stasiun Ratchaprarop (sekitar 30 menit). Turun

di stasiun lalu jalan kaki sekitar 5 menit menuju hotel

Klook.com

20.30 : Free Time


Day 2 (25 Mei 2017) Dresscode : Hitam / Gelap formal pakai celana panjang

06.00 – 07.00 : Morning Call

07.00 – 07.30 : Breakfast

07.30 – 09.30 : Menuju ke Wat Arun. Dari hotel naik ARL menuju Phaya Thai. Dari Phaya

Thai, naik Bangkok Transit System (BTS alias Skytrain) line hiijau muda yang

menuju ke Bearing namun kita turun di stasiun Siam (beli tiket BTS bisa pake

vending machine atau beli di loket petugas). Dari Siam, pindah BTS line hijau

tua yang menuju Bang Wa namun kita turun di Saphan Taksin. Dilanjutkan

naik Chao Praya Ekspress dari Central Pier menuju Tha Thien Pier (kapal

bendera orange bayar THB15). Keluat Tha Thien Pier masuk lagi ke loket

perahu menuju ke Wat Arun yang terletak persis di sebelahnya dan naik

kapal menuju ke Wat Arun (Bayar THB3)


09.30 – 10.00 : Wat Arun (tiket masuk THB50 + Free guide di dalam)

10.00 – 10.30 : Menuju Wat Pho. Dari Wat Arun naik Cross River Ferry menuju Tha Thien

Pier. Dari Tha Thien Pier jalan kaki lurus saja menyusuri jalan Thanon Thai

Wang terus masuk ke gerbang Wat Pho (sekitar 300 meter atau 5 menit

jalan kaki)


10.30 – 11.00 : Wat Pho (tiket masuk THB100)

11.00 – 11.30 : Menuju Grand Palace. Keluar dari gerbang Wat Pho yang ada di jalan

Thanon Thai Wang ke arah barat (katanya sih ke kiri) sampai perempatan

Thannon Maha Rat. Sampai di perempatan ambil arah kanan menyusuri

Thanon Maha Rat sekitar 650 meter. Sampai di ujung jalan, ambil arah

kanan menyusuri Thanon Na Phra Lan sekitar 280 meter, nanti ketemu

gerbang Grand Palace di kanan jalan

11.30 – 13.00 : Grand Palace (tiket masuk THB500)

13.00 – 13.30 : Menuju ke Khaosan Road. Dari Grand Palace, keluar gerbang lalu

menyebarng dan ambil arah kanan masuk jalan Thanon Na Phra That. Lurus

terus sampai ujung Lapangan Sanam Luang (lapangan ada di kanan jalan).

Menyebrang menuju Thanon Ratchadamnoen Klang, jalan lurus 500 meter

sampai perempatan lalu belok kiri masuk jalan Thanan Tanao. Jalan lurus

lagi sekitar 71 meter, Khaosan Road ada di kiri jalan

13.30 – 15.30 : Makan siang dan jalan – jalan di Khaosan Road

15.30 – 16.30 : Menuju Hello Kitty Cafe. Dari Khaosan Road lurus menuju Thanon Chakra

Bongse lalu belok kanan. Lurus lagi sampai perempatan, lalu belok kiri

masuk Jalan Soi Ram Bhuttri. Lurus notok, belok kiri jalan lagi sampai ada

belokan di kanan masuk ke jalan Soi Chana Songkhram. Lurus notok, belok

kanan lurus lagi, nanti di kiri jalan ada Phra Arthit Pier (dermaga). Dari Phra

Arthit Pier naik Chao Praya Ekspress menuju Sathorn Thaksin Pier (bendera oren B15). Lalu jalan kaki menuju BTS

Saphan Thaksin. Naik BTS warna hijau tua menuju Siam. Hello Kitty Cafe ada

di Siam Square One

16.30 – 17.30 : Hello Kitty Cafe

17.30 – 19.00 : Free Time (Siam Mall, Central Mall, Erawan Shrine)

19.00 – 19.30 : Menuju Terminal 21. Dari BTS Siam naik line hijau muda menuju Bearing,


turun di Stasiun Asok. Terminal 21 ada di dekat stasiun Asok


19.30 – 21.30 : Terminal 21 + Makan Malam

21.30 : Pulang ke hotel. Dari Stasiun Asok naik BTS hijau muda ke Stasiun Phaya


Thai. Dari Phaya Thai naik ARL ke Ratchaprarop


Day 3 (26 Mei 2017) Dresscode : Putih / Biru

05.00 – 06.00 : Morning Call

06.00 – 07.00 : Breakfast (optional karena bisa beli take away terus dimakan di van)

07.00 – 10.30 : Menuju Hua Hin

10.30 – 12.00 : Santorini Park (tiket masuk THB170; kalau main, per wahana sekitar THB120)

12.00 – 12.45 : Menuju Swiss Sheep Farm

12.45 – 13.30 : Swiss Sheep Farm (tiket masuk THB120)

Klook.com

13.30 – 14.30 : Menuju The Venezia

14.30 – 16.00 : The Venezia (tiket masuk THB50. Kalau mau main, ada paketan harga lain)

16.00 – 19.00 : Menuju Asiatique

19.00 – 21.00 : Makan Malam + Free Time

21.45 – 22.30 : Nonton Calypso Cabaret Show (booking via klook)

22.30 : Pulang ke hotel. Dari Asiatique naik shuttle boat menuju Central/Sathron

Pier. Naik ke atas, itu sudah BTS Saphan Thaksin. Naik BTS hijau tua menuju

Siam, dari Siam naik BTS hijau muda ke Phaya Thai terus naik ARL ke

Ratchaprarop


Day 4 (27 Mei 2017)

07.00 – 08.00 : Morning Call

08.00 – 09.00 : Breakfast

09.00 – 10.00 : Menuju Chatuchak. Dari hotel naik ARL ke Phaya Thai. Naik BTS hijau muda


ke Stasiun Mo Chit terus keluar exit no 1


10.00 – 14.00 : Chatuchak + Makan Siang

14.00 – 15.00 : Menuju Chocoville (naik uber / grab)

15.00 – 17.00 : Chocoville

17.00 – 18.00 : Menuju Platinum Fashion Mall (naik uber/grab)


18.00 – 20.00 : Platinum Fashion Mall

20.00 : Free Time

*sumber : liburankeren.com


Day 5 (28 Mei 2017)

04.30 – 06.00 : Morning Call

06.00 – 07.00 : Menuju Bandara Suvarnabhumi. Naik ARL dari Ratchprarop menuju ke


Suvarnabhumi

08.40 – 12.10 : Boarding ke Singapore

13.00 – 13.30 : Menuju ke Fragrance Hotel – Ruby. Dari Chang-Ie naik MRT line hijau, turun


di Stasiun Aljunied. Terus jalan kaki ke lorong 20


13.30 – 14.00 : Check In

14.00 – 14.30 : Menuju Bugis. Naik MRT line hijau turun di Bugis

14.30 : Bugis + Free Time


Day 6 (29 Mei 2017)

04.45 – 05.30 : Morning Call

05.30 – 06.30 : Menuju Chang-Ie. Naik MRT line hijau dari stasiun Aljunied

08.15 – 09.45 : Boarding ke Surabaya

09.45 : Sampai di Surabaya


Siapkan sistem BTS & MRT di Bangkok dulu, kalau ada yang ingin coba naik kapal di chao phraya pelajari juga map boat Chao Phraya sebelum berangkat. Kalau masih bingung pakai program ini

Koi Pond

Tibalah waktu pemberangkatan kami. Di Bandara Djuanda Surabaya - Sidoarjo di depan counter Tigerair, Saya kecewa dengan petugas check in Tiger air yang bilang kalau bagasi kabin terlalu besar tidak muat dengan kotak kabin yang ada di sana dia maksa masuk juga tidak bisa akhirnya pegangan koper saya rusak. Tapi waktu saya memasukkan dengan cara saya sendiri itu koper dengan mudahnya masuk dalam bagasi. SWT nggak kalau seperti itu


Ada anak temanku di Sculpture Garden

Hari pertama kita adalah wisata Bandara karena kita transit di Changi Airport selama kurang lebih 4 jam. Awalnya kita makan di 4 finger, setelah itu kita foto di Sculpture garden untuk foto lalu lanjut di Social Tree, dan Koi Pond. Sculpture garden adalah garden dengan tangga-tangga mirip miniatur Garden By the Bay. Social Tree Kita foto yang konon katanya bisa d simpan sampai 100 th, disini kita juga bisa ngegame. Koi Pond ini terdapat kebun anggrek di tengahnya ada kolam Koi. Setelah itu kita langsung cus ke Thailand. Tiba di Thailand kita mencari orang Klook untuk mengambil Simcard yang kita beli via Klook. Setelah itu langsung cus ke Hotel Baiyoke Boutique (Rp. 7.263.766/4D3N/4 kamar) by ARL turun di Ratchaprarop (B 40). Jarak antara ARL station dan Baiyoke lumayan jauh sich kalau sambil bawa2 koper. Untung aku menang taruhan dengan Ivan jadi ada yang bawakan. Lalu lanjut Dinner di Pratunam Street. Setelah makan saatnya minum Black Labels di kamar cowok. Hehehe...

Klook.com

Saran ya kalau nginep di Baiyoke jangan bawa uang pas-pasan karena ada deposit B 1000 nanti kalau pulang di kembalikan. Ada pemeriksaan passport juga saat hendak check in. Setelah taruh barang kita cepat-cepat pergi makan (makan tom yum B80 + minum B 15) dan saat kita kembali hujan mana payung di tinggal di Hotel malas bawa kan makannya di daerah-daerah pratunam kan deket sekali sama hotel

Hari kedua kita menuju Wat Arun dengan ARL turun di Phaya Thai (B 15) oper BTS arah menuju Samrong turun di Siam (B 22) ganti BTS arah Bang Wa turun di Saphan Taksin (B 20). Dari BTS Station Saphan Taksin langsung balik arah berlawanan arah dengan tangga keluar BTS menuju sungai Chao Phraya naik Boat ke Wat Arun (Tha Thien Pier N8) dengan bendera Orange (B 15). Kita keliling Wat Arun (B50) sayangnya Wat Arun sedang di renovasi jadi tidak bisa naik sampai atas kita hanya foto-foto di latar Wat Arun. Sebenarnya Wat Arun ini lebih bagus saat matahari terbenam, Tapi karena keterbatasan waktu dan kepadatan jadwal kita buat paling pagi. Di pintu keluar Wat Arun terdapat pasar Souvenir yang rata-rata pedagangnya bisa bahasa Indonesia


Tiket Boat Orange Flag n BTS Card 1x jalan

Wat Arun


Setelah puas foto di Wat Arun kita menuju Wat Pho dengan kapal boat untuk ke sebrang saja (B 4). Tiket masuk Wat Pho ini untuk turis luar negri (B100) dapat ditukarkan dengan air mineral dingin di dalam bebas isi ulang. Wat Pho ini adalah tempat Buddha Tidur (saat mau memasuki kuilnya harus melepas alas kaki). Buddha Tidur ini hanya posisinya saja yang tidur tapi sebenarnya dia Parinnibana alias Meninggal penuh kesadaran. Di kaki patung Buddha ini terdapat ukiran-ukiran Buddha yang sangat indah. Di belakang patung Buddha ini terdapat mangkok-mangkok yang perlu diisi koin (untuk mendapatkan koin ini bayar sukarela saya memberi B20). Kata orang bila coinnya berlebih berarti rejeki berlebih. Coin saya berlebih 16 coin. Yeiy...


Sekilas kisah tentang Wat Pho

Wat Pho officially called Wat Phra Chetuphon Vimolmangklararm Rajwaramahaviharn, is a 1st grade royal Monastery and temple dating from the 1st reign of the Royal house of Chakri. King Rama I had Wat Photharam, an old temple in Bangkok during the Ayutthaya Period around 1656, consecrated as a royal monastery while the Grand Palace was under contruction. THe King also had the oath of allegiance ceremony held here in 1783. Inscriptions show that Kings Rama I and III and the noblemen in charge of the Department of 10 Schools of Craft gathered court artisans as well as atistic monks to construct various building in the compoun. A grand celebration took place on its completion in 1788, and the temple was renamed "WatPhraChetuphonVimolmangklavas". A moyor renovation was undertaken in the reign of King Rama III. The work took 16 years complete, and the Southern and Western temple areas were extended. The temple of the Reclining Buddha and its garden were consecrated, and Phra Mondop the teaching hall, the crocodile pond reconstructed. The named was later changed by King Rama IV to "WatPhraChetuphonVimolangKlararm". Wat Pho is presently a site of historical and cultural significance and depository of uncountable works of arts. It is storehouse of wisdom and knowledge, and a focal point of spiritual rally for people of all races and creeds

1. Phra Ubosot

The present day Phra Ubosot, the principal structure in the temple, is used for monastic ritual. It was built during the reign of King Rama I to replace the original one that is currently used as a teaching hall. Phra Ubosot was built in the late Ayutthayan style, and was enlarged to its current size in the reign of King Rama III. The decorative crown-shaped porches found around the carved doors and windows are made of hard wood that was has been lacquered gilded, and decorated with mirrors. The hall is surrounded by the temple boundary walls, the great stupas and viharas linked by double colonnades and this design is ini line with buddhist cosmological concept.

Phra Buddha Theva Patimakorn is the main Buddha image in Phra Ubosot and it was Originally enshrined as the principle Buddha image at Wat Khuhasawan. The image was brought to be the presiding Buddha in the newly built Phra Ubosot by King Eama I, and it was there renamed "PHra Buddha Theva Patimakorn" it means "The Buddha bilt by heavenly beings". A new base for the image was built during the reign of King Rama III, and the number of attending arahants was increased from two to ten. The Buddha in the image is depicted in the postue called Phra Pang Samadhi, which is the posture of concentration

Phra Colonnades (Buddha Images Gallery)

These are a component of the structure around Phra Ubosot. It is a double structure that runs around Phra Ubosot in the four Cardinal directions and houses major Buddha images. The inner colonnade contains 150 Buddha images. and the outer one 244 images. These images were brought down from cities in the North. Presently, Wat Pho restored, lacquered and gilded all the images. They are all cast in bronze and display fine forms and features. Buddhist art of various eras including Sukhothai, Chiang Saen, Lopburi, Uthong and Ayutthaya periods is placed on the columns that form the colonnade. Many of Wat Pho's famouse stone inscriptions are found on the columns of the colonnade.


Phra Ubosot


Phra Buddha Theva Patimakorn


2. Phra maha Chedi Si Rajakarn (The Great Pagodas of 4 Kings)

Phra Maha Chedi Si Rajakarn is a group of 4 huge pagodas honoring the first 4 monarchs of the chakri Dynasty, The pagodas are surrounded by a white wall with Thai Chinese style sheltered gates that are decorated with color-glazed tiles. Each pagodas is 42 meters high standing on a notched-rim base, and is topped by a tall spire furbished with colorful mosaics.

The pagoda with green tiles is the pagoda of the 1st king, and it is named "Phra Maha Chedi Srisanpethchadayan". it was built to enclose the ruined image of Phra Sri Sanphet, a 16m high standing Buddha image brought from the Royal palace in Ayutthaya. The 2nd pagoda with white tiles, was built during the reign of Rama III and dedicated to King Rama II, and is named "Phra Maha Chedi Dilok Thammakornkanithan". The Yellow tiled Pagoda, named "Phra Maha Chedi Munibutborikharn", was built as tribure to the Lord Buddha and considered as King Rama III's own, while the pagoda decorated with deep blue tiles was built by King Rama IV. it mas modeled after Sri Suriyothai Pagoda in Ayutthaya, and named "Phra Maha Chedi Song Phra Srisuriyothai"

Great Pagodas of 4 Kings


3. Phra Mondob (The Scripture Hall)

Phra Mondob, a 4-sided scripture hall, was designed to be a place for the collection and storage of the tripitaka. King Rama III commanded it built as a 4-sided structure with a crown top decorated with glazed tiles and colorful ceramics in wondrous patterns. The wall inside the pavilion feature mural paintings of various themes including the Ramayana and the Mon tradition of magic rice-meal making. The outside wall are adorned with stone inscriptions of proverbs in lokanit verse. The three open halls in the compound of Phra Mondob were built to contain Buddha image, porcelain from China, five-colored or Benjarong ceramics, scripture cabinets, and national treasures since the Ayutthaya Period.

Phra Mondob


4.Phra Buddha Saiyas (The Reclining Buddha)

The Reclining Buddha, commonly known as "Phra Buddha Saiyas", is enshrined in the temple of the Reclining Buddha, located in the northwestern corner of the temple. It is one of the most well-known and popular cultural icons in Thailand. The image, made from brick and stucco was built in the style of Rattanakosin period, and is lacquered and gilded. it is 46m in length, and 15m in height from the base to the topknot. The feet are 5m long and 3m high. The Buddha in the image is depicted in "Sihasaiyas" posture. The Buddha is this position is said to be a lion reclining. The Wat Pho Reclining Buddha is of fine form, and displays specific features attributable to the Lord Buddha. Of particular interest are the mother-of-pearl inlaid patterns on the soles of the image's feet that depict auspiciousness sign of the Buddha, in line with the belief from Srilanka that told of the group of Brahmins who found the patterns on the soles of prince Siddhartha 5 days after his birth and held these patterns as one of the signs of a great man. The Reclining Buddha is acclaimed as the finest among large reclining Buddha image and has been greatly revered and worshipped by Thai and foreign Buddhists, who believe that is worshipping of the image bring them peace and Happiness.

Reclining Buddha (Phra Buddha Saiyas)


5. Khao Mor-Artificial Hills and Contoring Hermits (Holistic Medical Education)

Khao Moe is a rock garden that is a model of Mountainous area, decorated with platns, pagodas, Chinese Style lamp post, Chinese dlls and various four legged animals. King Rama III had large and small rocks transported from the Grand Palace to be reassembled here. Each of the artificial hills was named according to major plant species or important artifacts. Examples include Bronea Hill, Myrobalan Hill, Indian Cork Tree Hill, Ixora Hill, Neem Tree Hill, Banyan Hill, Contorting Hermit Hill, and Shiva Lingam Hill. Herbal and local Thai plants were arranged along the artificial hills for people to study and learn their medicinal properties.

The Contorting Hermit Hill was meant to be a collection point of traditional medicine and knoledge from the Ayutthaya period. King Rama III combined stretching movements and the Thai belief of honoring hermits as teachers, and made the figurines, which were first made of clay, and then later cast in an alloy of zinc and tin, survive to the present time. There were originally 80 posturing hermits on display, but only 24 remain. The contorting Hermits figurines depict Indian yoga postures that are conducive to good health, vitality, and reduction of stress and strain. The posture can be used to cure minor illnesses and when combined with the use of herbs can have more curative effect.

Khao Mor-Artificial Hills and Contoring Hermits


6. Wat Pho's Giant (The Legends of Tha Tien)

The Giant of Wat Pho stand guards on both sides of the entrance to Phra Mondop. They are fashioned as the demons in the Thai version Ramayana, and hold green and red clubs. Many have heard the story of Tha Tien, the bare land on the bank of the Chao Phraya River near Wat Pho, which was said to have been a result of the fight between the giants of Wat Chaeng (Temple of Dawn) and the giant of Wat Pho. According to the legend, the demons were close friend. The guardian Wat Pho crossed the river to Borrow money from his counterpart in Wat Chaeng. He promised to return the borrowed sum in time, but failed to honor his words. The Giants of Wat Chaeng then crossed the river to reclaim the money. The Giants did battle, and so fierce was the fighting, the area was totally denuded of trees.



Chinese Stone Dolls (The Temple's Gate Guardian)

Chinese stone dolls, which were used as ship ballast in days of old, are an added point of fascination at Wat Pho. They decorate the door porches, artificial hills and other spots, and they are carved from stone molded in clay. The figures were used as ballast to stabilize ships returning from trade with China, and then placed as decorations in the temple. They come in various forms : Humans, such as warriors, nobleman, the ordained, sages and European voyagers (Marco Polo), and as animals such as lions, tigers, horses, pigs. Observing these figures, one can recognize different beliefs hidden in the shapes and forms.

Chinese Stone Doll


7. Phra Buddha Lokanat (Rear Portico, The East Assembly Hall)

Phra Buddha Lokanat, formerly known as "Phra Lokanat Sassad Ajarn", was an important Buddha image enshrined within Wat Phra Sri Sanphet in Grand Palace of Ayutthaya. King Rama I had it brought down to Wat Pho. The image was somewhat damaged, so the King had it repaired, adorned with holy relics, and set up as the presiding Buddha image in the rear portico of the East temple Hall. The image depicts the Buddha in standing position, with his right arm dropped to the side of his body, and his left hand raised to the breast lebel and projected forward. This is referred to as the attitude of Phra Harm Phra Kean Chan (Forbidding the Sandalwood Image)

There is an important story behind the posture of the Buddha in this image. King Pasenadi, who was missing the Buddha (The Buddha was away in Tavatimsa heaven visiting his mother), ordered the crafting of an image of the Buddha, made of Sandalwood. When the Buddha himself returned, the image floated away from its resting place to pay respect to him, and offer him the seat. The Buddha then gestured to the image that it should not perform this action.


8. Phra Buddha Maravichai (Front Portico, The East Assembly Hall)

Phra Buddha Maravichai, which is an image of the Buddha attaining enlightenment under the Bodhi tree, was originally enshrined at Wat Khao-in, located in Sawan khalok district. King Rama I ordered it to be moved to Wat Pho, where it was restored with an alloy of gold, silver and copper, and installed as the presiding Buddha image in the front portico of the east temple hall. The image is named in agreement with posture of the Buddha represented that of subduing of Mara.

This image represents the time in the life story of Lord Buddha when he was about to attain enlightenment under the Bodhi tree. The King of Evil, Vassavati, put up strong obstacles, including a large force of demons, to frighten him away. Lord Buddha was, however, not perturbed. The King of Evil then ordered his demon force to take the Buddha's life. The Buddha then recalled the ten great merits and called upon the Goddess of the earth to witness his perfections. The Goddess rose from earth and wrung the water of merit from her hair, causing a big flood that swept away the domons. Vassavati then accepted his defeat and fled.



Phra Buddha Maravichai


Phra Buddha Maravichai

9. Phra Buddha Chinnaraj (Front Portico, The South Assembly Hall)

Phra Buddha Chinnaraj is an image that depicts the Buddha in the act of giving the 1st sermon. This teaching marked the turning of the wheel of Dhamma. THe image is the presiding Buddha image in the South temple hall. King Rama I had it brought down from Sukhothai, with the intention of illustrating that key moment in the Lord Buddha's life story when he sets the wheel in motion. In this sermon, he preached the middle path to reach "Nirvana" that avoids the extremes of pleasure and austerity to the 5 ascetics, each of whom ultimately attained enlightenment. He also taught the 4 noble Truths and Eightfold Path

Phra Buddha Chinnaraj


10. Phra Buddha Chinnasri (Front Portico, The West Assembly Hall)

Phra Buddha Chinnasri is seated Buddha protected by a 7-headed dragon (naga). It was Originally brought from Lopburi. Following Restoration, it was enshrined as the principal Buddha in the east temple hall, complimented by the figure of 7-headed naga and a Mujarin tree. The King named the image Phra Nak Prok. The Background to this image is found in another important part of the Buddha's life story. After enlightenment, the Buddha spent seven weeks in the sublime happiness of his awakening. It was during the sixth week, when he was seated under the Mujarin Tree, that an off-season rainstrorm broke out for seven consecutive days. A naga named Muchalinda saw Lord Buddha seated in meditation and wound his body around the seated Buddha forming seven protective walls around him, and fully expanded his hood above the Lord's head. After the rainstorm subsides, he unwound his body and turned himself into a young man worshipping the Buddha

Phra Buddha Chinnasri

11. Phra Buddha Palilai (Front Portico, THe North Assembly Hall)

Phra Buddha Palilai is the presiding Buddha image in the north temple Hall. King Rama I had the image cast from scratch. He also had cast the figurines of an elephant respectfully offering a water jug, and the monkey with a honeycomb over its head. This image were concerned with an important incident in the life story of the Lord Buddha, which occured  in the Lelai forest. At the time, the Buddha and his disciples were staying at Ghositaram in Kosambi. The Bhikkhus were then quarelling among themselves, and there was no unity in the Sangha. They also refused to hear advice from the Lord Buddha. The Buddha set himself apart from them, and lived alone in Rakkhitawan forest. His attendats were a Palilai elephant and a monkey. The two animals had deep faith in the Buddha and served him faithfully throughout his retreat in the forest

Phra Buddha Palilai




Setelah dari Wat Pho perjalanan kita ke Grand Palace dengan jalan kaki menyusuri tembok yang mengelilingi Grand Palace. Di sekitar Grand Palace banyak penduduk asli Thailand yang menggunakan pakaian hitam yang menunjukkan kalau mereka sangat berduka cita atas meninggalnya raja Bhumibhol X. Rakyat Thailand sangat menghormati Raja Bhumibhol X karena seja muda raja sudah mengikuti papanya bekerja sebagai raja Bhumibhol IX. Sebelum masuk Grand Palace karena udara sangat panas kita membeli es kelapa (B 50) dan makan Tom Yum dulu di sekitar Grand Palace. Tiket masuk Grand Palace ini (B 500) di dalamnya terdapat kuil Buddha Emerald yang kalau memasukinya harus melepas alas kaki. Juga ada istana raja.

Es Kelapa

Grand Palace


Tom Yam Goong


Setelah itu kita naik Taxi (Taxi online tidak boleh ambil penumpang di daerah ini) menuju Siam (B 300) capek bok jalan kaki. Di Siam kita foto-foto di Hello Kitty House Cafe. Hello Kitty House Cafe ini adalah Cafe bernuansa Hello Kitty terdapat di Siam Square One d pintu masuk mall. Bagi pecinta Hello Kitty wajib mengunjungi tempat ini. Lantai paling bawah sendiri berisi toko pernak-pernik Hello Kitty seperti buku, ada mobil pink cocok untuk foto, yang ingin mencari camilan dan minuman lucu khas Hello Kitty ada di lantai 2 (saya beli minuman green tea B 140). Lantai 3 berisi hiasan perjamuan Hello Kitty terdapat banyak kue-kue-an sebagai hiasan. Lantai 3 ini paling cocok untuk foto.


Lantai bawah

Lantai 3


Lalu jalan kaki menuju Erawan Shrine dimana terdapat Buddha 4 wajah (Se Mien Fo) yang konon katanya kalau pertama kali ke Thailand dan berdoa di sini doanya akan terkabul tapi sayang saya salah arah dan menyalakan hio dengan lilin bukan dari mangkok api. Hiks.... Hio, lilin dan bunga (B 50). Erawan Shrine ini sudah ada sejak tahun 1956. 4 face Buddha ini ada di pelataran Hyatt Erawan di sudut perempatan Jalan Thanon Phloen Chit dan Jalan Thanon Ratchadamri deket Siam. Sebenarnya Siam, Pratunam, Platinum deket se. bisa dengan jalan kaki tapi kuatir capek. Erawan sendiri sebenarnya adalah nama Gajah dan dulu terdapat patung Indra (Penunggang gajah). Dalam bahasa Thai 4 face Buddha dikenal sebagai Phak Phom Sin Nei atau Pah Pong (penguasa alam semesta). Pah Pong memiliki kesaktian tanpa batas dan suka menolong mereka yang tulus sujud berdoa meminta pertolongan. Pah Pong mempunya 4 wajah 8 telinga yang welas asih serta tulus mendengarkan doa orang yang butuh bantuan, serta mempunyai 8 tangan yang memegang alat keagamaan yaitu:

1. Tasbih lambang mengontrol karma makhluk hidup (Reinkarnasi)

2. Tangan di depan dada untuk menawarkan belas kasih dan berkah kepada seluruh makhluk hidup

3. Rumah keong lambang kekayaan dan kemakmuran

4. Vas bunga (teko) air berkat untuk pemenuhan keinginan

5. Buku lambang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan

6. Tongkat lambang kehendak dan kesuksesan

7. Cinta Mani (bendera kebesaran) lambang kekuatan maha kuasa Buddha

8. Roda terbang (cakram) lambang menangkal bahaya bencana dan celaka, serta setan

Makna dari 4 wajah yang dimiliki Pah Pong

1. Arah depan (metta) artinya mengasihi seluruh makhluk hidup tanpa memandang perbedaan apapun dengan mengasihi melalui ucapan, perbuatan dan pikiran. Biasa orang berdoa untuk meminta perlindungan

2. Kanan (galula) artinya memiliki hati yang tergerak untuk menolong penderitaan orang lain dan makhluk lain. Biasanya orang meminta kesehatan

3. Kiri (mutitia) ikut bahagia dengan perbuatan bajik orang lain, tidak iri dan tulus membantu dan mengajak orang lain berbuat kebajikan. Biasanya orang meminta hoki dan rejeki

4. Belakang (ubega) artinya mengembangkan ketulusan dan tidak terpaksa dalam membantu makhluk lain, tidak mengharapkan imbalan, menganggap semua adalah sama, tiada musuh atau kawan yang hendak ditolong saja. Biasanya untuk mendoakan keluarga dan anak.

Setelah sembahyang saya cuci muka dan tangan di gentong sebelah belakang



Setelah puas sembahyang saya menuju Terminal 21 (dengan BTS ke arah Samrong turun di Asok). Terminal 21 ini kamar mandi tiap lantai beda theme ada yang timur tengah, Jepang, London. Tiap lantai juga ada Theme dari negara-negara. Barang yang dijual di sini adalah Barang-barang Branded tapi harganya tidak jauh beda dengan di Indonesia (Yah sejenis Pakuwon Mall). Pulangnya kita naik taxi online isi 7 orang (B 228). Sayang di Hello Kitty Cafe, Siam, Erawan Shrine dan Terminal 21 camera saya Battlow jadi g sempat foto Hiks....


Sehabis jalan-jalan malamnya di kamar kita minum Soju


Hari ketiga perjalananku ke Hua Hin Ca'am. Pk 07,00 oleh van bookingan dari Pak Pandu. Sopir Mr Dong


Jalanan di Bangkok luar biasa macete melebihi Surabaya You Know. Tapi setelah masuk Tol bebas ngebut. pk. 9.30 kita sampai di Santorini Park (padahal bukanya pk. 10.00) akhirnya kita foto-foto dulu di luarnya (B 150). Santorini park ini bernuansa biru dan putih seperti di Santorini. Banyak wahana permainan di dalamnya diantaranya Giant Wheel, Haunted House (tiap wahana ada tarifnya sendiri lho). Ada Miffy garden (free) saya paling suka foto di Miffy garden. Cobalah juga ke kamar mandinya juga bagus, banyak juga cafe-cafe dan toko pernak-pernik di sini.

Miffy Garden

 Setelah puas foto di Santorini Park kita lanjutkan perjalanan ke Swiss Sheep Farm (B 120). Swiss Sheep Farm ini bernuansa peternakan di kaki bukit. Kita bisa memberi makan Alpaca, Sheep, disini juga ada Kincir angin raksasa seperti di Swiss (kayak tau tauo ke Swiss). Di dalamnya juga ada ruangan 3D trick eye juga. Di sini banyak Fotografer yang memoto tiap gerakan kita, fotonya di jual di pintu keluar lengkap dengan pigoranya (B 150)


Setelah di Swiss Sheep Farm kita menuju ke Venezia (B 280) dapat masuk ke 3D Trick eye. Untung g milih paket lengkap yang bisa menonton pertunjukan music dan naik gondola (B 380). Saya merasa membayar B 280 aja g rela. harusnya saya bayar saja B100 cuma bisa outdoor garden. Sebenarnya pemandangan di sini paling bagus sih, tapi karena hujan angin jadi g mood untuk banyak foto-foto terutama di dalam 3D trick eye saya tidak masuk blas. Nuansanya seperti di Venezia. bener-bener bagus suasana di outdoornya.


Setelah itu kita diantar Mr. Dong ke Asiatique Riverfront. Pasar malam di pinggir sungai di deket jalan Chan (Jalan pertama di Thailand). Disini saya melihat Calypso Cabaret (Ladyboy Show) ($27). Nonton banci dapat Welcome Drink berupa Beer. Untuk Calypso Cabaret ini bebas memoto dan memvideo asal no blitz or other lighting, serta no charge untuk foto dengan Ladyboynya. Saya belanja tas (B200) dan sabun beras (B 250 isi 12) disini







Biaya Sewa Van B 5.500

Biaya Overtime 5x300 = B 1500

Biaya bensin + tol = B 600

Total untuk Van = B 7.600


Hari keempat ini adalah Hari paling membosankanku di Thailand. Karena kerjaku hanya muter-muter tempat Belanja g nututi ke Chocoville untuk foto. Pagi ini semua telat bangun. Start dari hotel jam 9.00 lalu menuju di chathuchak dengan ARL turun di Siam oper BTS ke Mo Chit. dekat BTS mo chit itu sudah pasar Chathuchak. Rencana di Chathuchak sampai jam 3. Tapi baru jam 12.00 saya sudah merasa kebosanan, disini bener-bener cuma seperti pasar turi. Lalu saya mencari teman pk. 14.00 baru selesai semua dah hujan batal deh ke Chocoville nya. Hiks.... Akhirnya kita kembali ke Hotel dan lanjut ke Platinum. Platinum ini seperti Pasar Atomnya Surabaya. Bener-bener bosan g ada yang bisa dilihat, g ada yang bisa diperbuat. Harga atasan rata-rata (B 180 beli 3 jadi B 150). harga dress (B 250) jeans (B350). Tapi kalau yang hobi belanja wajib ke 2 tempat ini sih terutama Platinum karena harganya harga pas dan kualitasnya lebih bagus, kalau saya sich bosan karena g hobi belanja.


Highlight selama di Thailand

* Barang murah-murah jadi hati-hati khilaf terutama di snack-snack.

Pokky B10

Squid Bento B55 (isi 13)

es kelapa B50

es pomegranat B 30

* Makan berat sekitar B50 - B 110 (Tom yam B110) rata-rata B80

* Patung Buddha di Thailand pasti bagian atasnya lancip

* Macet jadi mending naik BTS dah daripada naik Taxi/uber/grab mahal dan lama

* BTS terakhir pk. 22.00

* Usahakan punya coin karena beli tiket BTS harus pakai coin bukan uang kertas

* Kalau orang sana menawarkan Bihun itu artinya Misua, Kalau orang sana menawarkan Kwetiao itu artinya Suun-nya bakso.




ARL Coin 1x jalan


Hari kelima pagi-pagi sekali kita ke Bandara Svarnabhumi. Tapi Arl baru buka pk. 6.00 jadi kita menunggu 15 menit di depan gerbang ARL.


Sesampainya di Singapore saya ikut para cewek lain Hangout dan para cowok hangout sendiri, yang saya ceritakan disini adalah Hangout ala cewek saja ya. Karena saya tidak tau bagaimana Hangout ala cowok.


Begitu sampai kita langsung ke Fragrance Ruby di Geylang Lorong 20. Saat di Changi saya membeli Ezlink card seharga S$ 12 isi S$ 7 tak topup S$10 takutnya kurang padahal harusnya g kurang se kan cuma 1 hari. lucu lho gambar twinkle little star. Kita ke Fragrance Ruby hotel (Rp. 2.878.655/2D1N/4 kamar) dengan MRT line hijau turun di Aljuined


Chijmes


Ez Link


Tujuan pertama kita Clarke Quay (dari MRT Aljuined naik line hijau turun di Outram Park oper line ungu turun di Clarke Quay) mau makan Bakuteh di Songfa. Bakuteh Song fa ini enak krasa bumbunya dan lagi kuahnya all you can drink. Pelayannya juga ramah. lalu foto-foto di sekitar sungai di Clarke Quay. Ada Swing yang di tarik ke atas dan dilepas asik sepertinya main di sana





Setelah dari Clarke Quay kita ke Chijmes (dari MRT Clarke Quay line ungu turun di Dhoby Ghaut oper Line Merah turun di City Hall dari MRT station tinggal nyebrang). Chijmes ini sebenarnya adalah gereja tempat orang nikah, tapi tetep bagus untuk foto


Dari Chijmes kita ke Bugis (MRT line hijau turun di Bugis) untuk belanja sebentar paling cuma 30 menit karena udah bosen belanja. Cuma nemani teman cari celana, setelah itu lanjut ke Esplanade (Naik Line Hitam Downtown ke Promenade oper line orange ke Esplanade). Downtown line ini line MRT yang terbaru jadi masih sepi. Esplanade ini sejenis tempat pertunjukan ramai tempatnya, bentuk gedungnya unik seperti durian.


Setelah dari Esplanade kita makan d makansutra glutton bay dengan jalan kaki saja. Saya pesan Mee Singapore lagi, harga masih sama seperti tahun 2014 S$4. Teman saya pesen ikan pari panggang tapi rasa ikan pari disini g pesing seperti di Surabaya, Carrot Cake nya juga enak. setelah puas makan kita foto di sekitar Marina Bay, kita jalan menyusuri Marina Bay menuju Merlion Park sambil foto-foto suasana Marina Bay di waktu malam hari. Tapi hujan lagi di sini. Kita juga bingung menuju MRT station yang di Raffles Place ke Hotel (Naik MRT line hijau turun di Aljuined).






Hari keenam pagi-pagi sekali kita pulang naik taxi (MRT station belum buka, bukanya pk. 6.00).


NB: Untuk tau harga transportasi kita dari mana ke mana here


Demikian liburan kita berakhir. byee...


Total pengeluaranku selama di Singapore - Thailand -Singapore kurang lebih 7,5 juta. Awas Khilaf lho kalau ke Thailand karena barangnya murah-murah. Kecuali kalau mau kulakan


Penukaran Bath ku kurang lebih 1 Bath nya Rp. 410


Back

Comments

Popular posts from this blog

Penipuan : bisnis follow instagram

Penipuan : Cari Jodoh

Labuan Bajo 2021